01 ; Awalan

ren
3 min readMay 1, 2022

--

“Radelaa, makan dulu nduk.” ini suara si mbok yang lagi manggil Radela buat makan.

“Iya mbookk.” Sahut gadis ber-asma Radela tersebut.

Radela melangkahkan tungkai panjangnya menuju dapur untuk memenuhi panggilan sang ibu. Sesampainya di dapur, netra indahnya menangkap berbagai masakan yang telah terhidang diatas meja makan. Secara diam diam Radela mencomot tempe goreng diatas piring. Hingga..

“Plak!” Sebuah tangan menepis tangan miliknya.

“Aduh! Opo seh mbak Rima” gerutu Radela ketika rencananya tergagalkan.

“Budhe durung bar masak wes mbok comoti ae tempene.” Sang penepis hanya berjalan melalui Radela lalu mencentongkan nasi ke piring yang sudah berada di tangannya.

Jelita Primadona namanya, sepupu Radela dari pihak ibu yang tinggal bersebelahan dengannya. Rutinitasnya setiap hari? Tentu saja menumpang makan ke rumah budhenya yang jago masak. Radela sampai terheran heran, rima ini sebenernya anak siapa sih? Nggak nggak ini becanda.

Si mbok meletakan sepiring berisi tiga ekor ikan lele goreng keatas meja makan, harum semerbak ikan yang sangat menggugah selera itu memenuhi ruang dapur. Sontak saja Rima dan Radela berlomba lomba meraih piring tersebut.

“Ngati ngati, isek panas iwake.”

Percuma, peringatan tersebut tak di indahkan oleh keduanya dan berakhir menerima sebuh getukan di kepala masing masing.

jangan bayangin benjol sinchan loh ya:)

Setelah kejadian tadi pagi keduanya sekarang tengah menunggu angkot untuk mengantar mereka ke tujuan masing masing. Radela memandangi jalanan pagi ini yang lumayan ramai sedangkan Rima sibuk dengan ponselnya, entah siapa yang tengah ia hubungi.

‘pasti pacar baru cih’ Batin radela ketika melihat Rima yang tersenyum memandangi ponselnya.

“Pacar baru yo mbak?” Tanya Radela.

“Iyo dek.” Jawab Prima tanpa memandang kearahnya.

“Sing kemarin yo opo??” Radela heran, padahal minggu kemarin baru jadian sama mamang es buah depan komplek kok sekarang sudah ada yang baru.

“Iku dudu pacarku, wingi Lenkara njaluk dikancani tuku es buah eh aku ditinggal. Gabut aku del yo tak ajak ngomong ae mamang e.” Jelasnya panjang lebar. Radela hanya mengangguk sebagai tanda mengerti.

“Oh iyo, mengko balik karo sopo?” Tanya Rima.

“Koyok biasa.” Jawab radela singkat.

“Oh dijemput Jengga?” Tebaknya.

“Hooh, soale kan mampir tempat mbak Lenka sek.”

Rima mengangguk angguk lalu berkata. “Yowes, ojok lali Jengga ne dikandani lek ngapak apakne adiku tangan iki siap melayang.” Sembari mengepalkan tangannya di udara.

“Iyo iyo.” Radela hanya mengiyakan lagipula dirinya dan Arjengga memang hanya teman. Iya kan?

_

Radela kini tengah menunggu sosok yang seharusnya menjemput dirinya di halte kampus. Ia mengistirahatkan diri di kursi halte untuk menghubungi orang yang akan menjemputnya lewat ponsel yang telah ia keluarkan dari totebag yang menggantung di pundaknya.

Setelah 10 menit menunggu akhirnya yang di nanti-nanti tiba. Sebuah motor vespa berwarna biru telur asin yang bannya penuh dengan tanah berhenti di hadapannya, Radela yang mengetahui itu adalah Jengga segera menghampiri dan menerima sodoran helm bogo berwarna cream dengan polkadot putih itu lalu mengenakannya.

“Kok lama sih.” Ucapnya sambil menaiki motor milik sahabatnya tersebut.

“Tadi jajan dulu, hehe.” Cengir sosok yang dipanggil ‘Jengga’ itu sambil memeperlihatkan plastik di tentengamnya yang berisi berbagai jajanan.

“Uuu dasar, senengane kok jajan.” Radela mengetuk pelan helm bogo biru yang dikenakan Jengga hingga berbunyi ulgo sipji ana, bercanda.

Lagi lagi Jengga hanya menyikapi perlakuan Radela dengan sebuah cengiran, darimana Radela bisa tahu? Kaca spion bulat motor menampilkan refleksi wajahnya kepada Radela.

“Udah sana jalan, ojok senyam senyum ae.” Radela berkata sambil menggoyangkan pundak Jengga.

“Nggih kanjeng ratu.” Ia langsung menancap gas untuk melajukan dan menghindari keplakan Radela, bonus pelukan dan cubitan maut karena Radela tersentak. Sepertinya cubitan itu akan butuh waktu lama untuk sembuh…

Dasar Jengga, pasti bekas cubitan itu akan memar seminggu. ‘demi ayang.’ kalau kata jengga. ia membawa mereka ke toko kue mbak Lenka karena radela harus bekerja hingga sore nanti.

--

--